JellyPages.com

Sabtu, 20 Juli 2013

Ruang Hati

Seperti berjalan menyusuri jalan yang tak ada ujungnya. Hanya melangkah, melangkah dan melangkah. Di depan sana ada seseorang yang telah mendahului. Hanya mempercepat langkah, mempercepatnya dan melangkah lebih cepat. Tetapi, disisi adad seseorang yang berjalan beriringan. Hanya memperlambat, memperlambat dan mempeerlambat langkah.
Lantas bagaimana dengan seseorang yang jauh di depan?
Siapa orang yang ada di samping orang itu?
Hanya berlari dan menggeser posisi orang itu.
Ternyata terlalu cepat berlari pun tak akan membawa kepada hasil yang baik. Lalu dimana orang yang selalu di samping? Mana suara celotehhan orang ini? mana omelan orang yang di samping?
Apakah ia tertinggal? Hanya menoleh dan melihatnya. Ternyata ia benar tertinggal jauh. Nampaknya ia sedang mengejar. Mengejar untuk apa? sebuah keetidakrelaan karena kita telah berlari terlaru cepat?
Hanya berhenti sejenak dan menunggunya sampai.
Lalu bagaimana dengan orang yang di depan? kenapa mereka semakin akrab? Apakah mereka mulai lupa dengan yang di belakang ini yang sedang berusaha mengejar dan ingin menggeser posisi orang ini?
Bagaimana bisa disaat bersamaan mengejar dan menunggu? Melepaskan dan memperjuangkan? Bermimpi dan terbangun? Bukankah hal- hal tersebut adalah hal- hal berbeda yang tak akan pernah bisa dilakukan secara bersamaan?

Jumat, 12 Juli 2013

Gadis Hujan

Sore itu langit tampak muram. Awan abu- abu menyelimuti langit hingga menutup matahari sore yang indah. Banyak orang menunggu di halte. Tetapi, tak satu pun angkutan umum muncul. Hujan mulai mengguyur jalanan yang kering kerontang karena selama beberapa hari kemarin matahari bersinar sangat terik.

Sebelum hujan turun semakin deras, Adri segera membuka payung lipatnya dan berjalan menyusuri jalanan yang nampak sangat sepi sore itu. Adri terus berjalan sambil berharap angkutan umum muncul. Sesekali ia melihat jam yang melingkar di tangannya. Jam menunjukan pukul 4 sore. Adri mempercepat langkahnya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, hanya pepohonan yang mengayun lembut karena terkena rintikan hujan. Angin bertiup kencang disertai hujan yang semakin deras. Payung yang Adri genggam terbang entah kemana. Sesegera mungkin Adri mencari perlindungan di emperan toko yang tutup.

Dari kejauhan Adri melihat seorang gadis menari- nari di tengah derasnya hujan. Kedua bola mata Adri terus mengikuti gerakan gadis tersebut. Perlahan- lahan Adri menyusuri emperan toko sambil berjalan mendekat ke gadis itu. Saat ini Adri dan gadis itu hanya berjarak sekitar 5 langkah. Gadis itu sesekali berteriak sambil tertawa dan menari. Seolah- olah ia tak takut sakit karena hujan. Gadis itu menoleh dan menyadari ada orang lain di sekitarnya. Gadis itu hanya tersenyum tipis kemudian tak menghiraukan Adri. “Hey!” Adri berteriak pada gadis itu. Gadis itu menoleh sekali lagi. “Kamu ngapain disitu?” Adri berteriak lagi. Sekali lagi gadis itu tak menghiraukan Adri. Adri segera menarik gadis itu ke tepi. “Ih! Ngapain sih kamu.” Gadis itu meronta. “Kamu harus rasain nikmatnya hujan..” Gadis itu menarik tangan Adri ke tengah jalan dan mengajak Adri berdansa seolah- olah ada musik yang mengiringi mereka. “Kalo keujanan bisa sakit!” Adri berteriak pada gadis itu. “Gak akan!” Gadis itu membalas disertai tawa ceria. Adri mulai tau apa yang dimaksud gadis ini. “Aku tau apa nikmatnya.” Kata Adri sambil tetawa kecil. Gadis itu hanya tersenyum tipis.

***
“Dee.” Kata gadis itu mengulurkan tangan pada Adri. “Adri.” Adri membalas jabat tangan Dee. “Jadi kamu tinggal sendiri disini?” Tanya Adri sambil melihat sekeliling rumah Dee. “Nggak kok. Ini bukan rumah. Ini toko.” Kata Dee sambil meninggalkan Adri. “Toko?” Adri kembali bertanya saat Dee kembali dengan handuk di tangannya. “Iya ini toko. Maksudku di bawah toko. Dee Bakery. Kalau ruang atas ini biasa untuk istirahat saja.” Dee memberikan handuk yang dipegangnya pada Adri. Adri mengelap rambutnya yang basah. Sekujur tubuh Adri basah kuyup. Untung saja sudah pulang kantor. Jadi Adri tak begitu khawatir.

Dee duduk di balkon yang menghadap ke jalan. Adri duduk di samping Dee yang sekujur tubuhnya juga basah. Sambil meniup teh hangat yang Dee buat. 1 cangkir lagi ia letakan di meja yang ada dihadapannya. Adri mengangkat cangkir tehnya dengan hati- hati. “Kamu kok bisa sampai disini?” Tanya Dee sambil memandang ke awan yang masih abu- abu. Terlintas kejadian waktu itu, saat seseorang yang ditunggunya, yang terbaring koma dirumah sakit selama berbulan- bulan dan saat orang itu sadar, ia tak ingat Dee. Tetapi, Dee tahu itu hanya sementara dan Dee yakin suatu saat orang itu akan ingat dan kembali padanya lagi.  “Tadi aku lagi nunggu bus di halte, tapi gak ada bus. Jadi aku jalan. Cukup jauh sih.” Dee hanya menoleh sambil tersenyum tipis. Adri menusap lembut rambut Dee yang basah dan panjang tergerai. Dee hanya terdiam. “Makasih.” Jawab Dee lembut. Dee memperhatikan raut wajah Adri dengan seksama. Adri pun tak bisa melepas pandangannya dari mata Dee. “Jadi menurut kamu apa nikmatnya hujan?” Dee melontarkan sebuah pertanyaan. “Perasaan jadi lega.” Adri menjawab kaku. “Kalo menurut kamu?” Adri balik bertanya. “Hujan itu bisa membuat perasaanku yang kacau jadi terasa lebih baik. Rasanya seluruh rasa sakitku ikut luruh bersama hujan yang membasahi tubuhku. Apa kamu bisa merasakannya?” Dee menatap mata Adri dalam- dalam. “Ehm.. Ehmm..” Jantung Adri tiba- tiba berdegup sangat cepat. Tetapi, perasaan ini seperti tak asing lagi untuk Adri. Mungkin lebih tepatnya wajah Dee tak asing untuk Adri.

***
“Lo pernah liat orang main ujan?” Tanya Adri kepada Rony, teman 1 kost nya. “Pernah. Adik gue tuh yang masih TK. Seneng banget kalo ada ujan.” Pandangan Adri menerawang jauh ke langit yang penuh bintang. “Cantik gak dia?” Tanya Adri sambil terbayang- bayang wajah Dee. “Dri! Sadar, Dri!” Rony seegera menepuk- nepuk pipi Adri saat menyaadari pertanyaan temannya mulai ngawur. “Apaan sih lu!” Adri memasang wajah bete. “Omongan lu ngelantur! Adik gue cowok lu tanya cantik apa nggak. Kan elu juga udah sering main sama adik gue, Dri.” Rony menjelaskan dengan muka kesal.

“Ya, gue lupa. Eh, tapi Ron, tadi gue ketemu cewek cantik banget. Dia lagi main ujan. Ceria banget pas dia lagi main ujan. Tapi pas udah di rumahnya, mukanya langsung berubah sedih gitu.” Adri menceritakan kejadian yang ia alami. “Lu ketemu manusia apa siluman itu? Wah jangan- jangan dia siluman ikan, Dri. Kena air dia seneng. Gak kena air dia sedih. Ih serem lu.. Udah gitu lu pake ke rumahnya segala lagi.” Rony malah mencurigai temannya. “Manusia, Ron. Beneran cantik banget. Katanya kalo main ujan, perasaan sakit dia ikut hanyut gitu.” Adri berusaha meyakinkan temannya itu. “Siluman tuh!” Rony langsung kabur ke dalam kostan. “Kurang ajar lu! Manusia!” Jawab Adri sambil membalas teriakan Rony.

***
Pagi ini matahari bersinar cerah. Sebelum berangkat ke kantor, Adri sengaja melewati kompleks pertokoan kemarin. Dari kejauhan ia melihat plang, Dee Bakery. Adri semakin mendekat. Adri sengaja masuk ke dalam toko tersebut. Terlihat seorang gadis dengan rambutnya yang tergerai panjang sedang duduk di kasir sementara pegawai lainnya sibuk menata roti- roti. Adri mengambil sebuah roti dan langsung membawanya ke kasir.

“Hi Adri. Rp5.500,-“ Jawab gadis itu sambil membungkus roti yang dibeli Adri. Adri mengeluarkan uang pas. Gadis itu mengulurkan tangannya pada Adri. “Terimakasih.” Katanya sambil menyunggingkan senyum. Adri benar- benar kagum akan kecantikan gadis ini. Dee merogoh kantung yang ada di celemeknya. “Ini.. buat kamu.” Dee memberikan Adri lolipop. Adri sedikit kaget melihat pemberian Dee. “Lolipop?” Adri bertanya bingung. “Supaya harimu berwarna dan manis seperti lolipop ini.” Dee tersenyum tipis. “Terimakasih.” Jawab Adri sambil melenggangkan kaki keluar dari toko.

***
Dalam perjalanan menunju kantornya Adri memikirkan kata- kata Dee, “Supaya harimu berwarna dan manis seperti lolipop ini.” Kata- kata Dee seperti kata- kata yang tak asing lagi untuk Adri. Bahkan seperti ia sering dengar. Tetapi, Adri tak begitu memikirkannya.

***
Belakangan ini Adri jadi sering melewati kompleks pertokoan dimana toko kue Dee Bakery ada. Bahkan Adri jadi lebih sering jalan kaki di banding naik angkutan karena ingin melewati pertokoan tersebut. Seperti yang dilakukan Adri saat ini. Langit sore tak begitu cerah. Tetapi, Adri tetap melenggangkan kakinya menyusuri kompleks pertokoan. Dari kejauhan ia melihat plang Dee Bakery. Adri mempercepat langkahnya. Adri melepas napas lega saat ia sampai di depan toko Dee Bakery. “Hi, Dee.” Adri mulai melenggangkan kaki ke dalam toko. “Hi, Adri.” Jawab Dee singkat sambil mengambil cardigan yang menggantung di tembok, sementara pegawainya yang lain sibuk membereskan toko. “Kamu udah mau pulang?” Tanya Adri penasaran.

Dee hanya tersenyum tipis. “Rian, tolong kunci toko. Besok datang lebih pagi ya.” Kata Dee memberi perintah. Dee lalu menggandeng tangan Adri keluar. Pegawai- pegawai Dee tersenyum ramah kepada Adri. Adri seperti pernah melihat wajah- wajah itu sebelumnya. Tangan kiri Dee membawa sesuatu. “Kita mau kemana?” Tanya Adri. Dee tak menjawab. Dee terus berjalan hingga akhirnya sampai di taman. Dee menarik lembut tangan Adri untuk duduk di sampingnya.

Dee membuka bungkusan yang ia bawa. “Tadaaa! Adri Cake ala Dee.” Dee membuka kue yang ia buat sendiri yang ia namai Adri Cake. “Kamu bisa aja..” Adri tersenyum kaku. Kue itu berbentuk wajah Adri, tetap tak mirip sama sekali dengan wajah Adri. “Dicobain dong.” Dee mengulurkan garpu kecil kepada Adri. “Hemm.. Enak. Manis rasanya.” Adri tersenyum merasakan kue buatan Dee. “Hemm.. Kok sepertinya aku sudah pernah makan kue ini ya? Apa kamu udah pernah buat untuk ku sebelumnya?” Adri terus melontarkan pertanyaan- pertanyaan yang ia sendiri lebih tahu jawabannya. Dee tak menjuawab 1 pun pertanyaan Adri dan hanya tersenyum tipis.

Tiba- tiba hujan deras mengguyur. Adri dan Dee segera mencari tempat berteduh. Mereka berdiri di emperan toko yang tak jauh dari taman. Tetapi, Dee malah berlari ke tengah hujan dan menari sambil sesekali berteriak dan tertawa. Dee melihat ke arah Adri, ia tersenyum tipis. Seketika itu wajah Dee terus terbayang- bayang dalam ingatan Adri. Dee melambai- lambaikan tangannya pada Adri. “Dee, jangan main hujan. Nanti kamu sakit!” Teriak Adri saat melihat Dee yang basah kuyup. Seketika itu seperti ada ingatan itu terputar kembali dalam ingatan Adri. Adri ingat ia pernah bertemu gadis itu sebelumnya, jauh sebelum ia kerja atau jauh sebelum ia lulus SMA. Adri memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Kepalanya terasa sangat sakit. Dee hanya terus menari- nari di bawah hujan. “Dee..!” Adri berteriak. “Adri sini..” Dee tetap menampilkan wajahnya yang ceria, padahal matanya telah berlinang air mata. Adri mulai terjatuh tetapi matanya tetap melihat ke arah Dee. Dee tak hentinya menari sambil tertawa ceria. “Dee, aku sayang kamu.” Dee terdiam sejenak. Dee berlari kecil ke arah Adri.

Dee membantu Adri duduk. “Aku ingat kamu. Aku ingat kamu siapa. Aku ingat kamu.” Adri memeluk Dee erat. “Aku ingat kamu tunanganku. Aku ingat kamu, Deeana.” Air mata Dee berlinang seketika itu. Usahanya mengembalikan ingatan Adri yang hilang 3 tahun lalu sekarang berhasil. “Aku sayang kamu. Aku cinta kamu, Dee.” Adri menatap Dee yang saat ini linangan air matanya terlihat jelas.